laporan genetika tanaman persilangan buatan
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN
PERSILANGAN BUATAN
Disusun
Oleh :
Dini
Nur Amania
1604020035
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
Sabtu,
22 April 2017
PERSILANGAN BUATAN
A. TUJUAN
1.
Mengetahui macam-macam persilangan
buatan.
2.
Melatih penggunaan rumus Binomial
Newton.
3.
Melatih penggunaan Chi-square Methods.
B. DASAR TEORI
Gen adalah bahan genetikyang terkait dengan sifat
tertentu. Sebagai bahan genetik tentu saja gen diwariskan dari satu individu ke
individu lainnya. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang dinamakan
alel. Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang lebih sering menggunakan
istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotifik berbeda. Gregor
Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu
sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya “faktor”.
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet,
kedua gen yang merupakan pasangan
alel itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari alelnya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok :
1. Gen
memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur
variasi pada karakter. Ini adalah konsep
mengenai alel.
2. Setiap
individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantanan satu dari tetua
betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang
berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif yang tidak
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.
Salah satu
aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk melakukan
reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada organisme yang
berbiak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetis
yang disumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua
parentalnya. Mendel adalah seorang yang genius
dan telah berhasil dalam percobaan-percobaannya pada bidang hibridasi. Mendel
telah berhasil menyusun beberapa postulatnya, sebagai berikut:
a.
Sifat materai herediter
berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan atau homurai.
b. Sifat tersebut berpasangan.
c. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan
terlihat ekspresinya dalam keadaan yang tertentu.
Mendel
mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi: sifat materai herediter (genetisnya)
alel yang bersegregasi satu dan yang lainnya akan nampak dalam bentuk gamet.
Dan hukum Independerae Assortment segregasi dari sepasang alel tersebut bebas
dalam hal penggabungannya kemudian kembali. Syarat-syarat hukum mendel yaitu
survival gamet sama, survival zygote sama & survival embrio sama.
Persilangan monohibrida
adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda
beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat Drosophila dengan maksud untuk
membuktikan Hukum Mendel I. Pada kasus dominant penuh, keturunan yang didapat
pada F2 akan menunjukkan perbandingan fenotip dominan dan resesif 3
: 1 atau perbandingan genotip 1 : 2 : 1. Analisa dengan uji X2 hanya
dilakukan untuk perbandingan fenotipnya. Persilangan ini bersifat resiprokal,
artinya penggunaan individu jantan dan betina dengan satu tanda beda tertentu
dapat sesuka hati tanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2).
Hukum
kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih
sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lain sehingga alel dengan gen sifat yang berbeda tidak
saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi
tanaman dengan warna bunga suatu tanaman tidak saling mempengauhi. Induk jantan
(tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk
betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah).
Persilangan dihibrida
merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat
membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada
kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat
macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali
terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan
oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat
homozigot letal dan sebagainya.
Masalah
penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti
yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di
Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan
dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar
pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan
silang. Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan
hukum Mendel II.
Mendel melakukan
persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan
mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya.
Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan
alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum
Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Mendel
melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda,
misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti
berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat
pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki
perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan
penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan
antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta
perbandingannya.
Persilangan
monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu
1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan
nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of
Allelic Genes). Sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan
dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti
berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The
Law Independent Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama hasil
percobaan Mendel, baik pada persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara
sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk atau orang
tua kepada keturunannya melalui gamet.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Alat
tulis.
2. Kertas.
3. Tabel
data analisa.
Bahan :
1. Kantong
plastik gelap.
2. Kancing
baju.
D.
CARA
KERJA
a.
Monohibrid :
1. Mengambil
dua kantong plastik gelap, masing – masing kantong diisi dengan dua macam warna
kancing baju dalam jumlah yang sama.
2. Masing
– masing warna 50 buah, jadi dalam satu kantong plastik terdapat 100 biji
kancing baju dalam dua warna.
3. Kantong
plastik dikocok dengan sehomogen mungkin.
4. Mengambil
satu biji kancing secara acak dari masing – masing kantong.
5. Kemudian
hasil yang diperoleh dicatat dalam kertas yang tersedia.
6. Kancing
yang sudah diambil dimasukkan lagi ke dalam kantong plastik semula, kemudian
kantong plastik dikocok lagi sampai homogen.
7. Mengambil
lagi kancing secara acak dari masing – masing kantong, dan kemudian lakukan hal
yang sama seperti langkah diatas.
8. Pengambilan
dilakukan sebanyak 100 kali.
9. Hasil
pengamatan dihitung dan dimasukkan ke dalam tabel yang tersedia.
10. Menganalisa
dengan X2 ( chi – square methods ).
b.
Dihibrid :
1. Mengambil
2 kantong plastik gelap, masing – masing diisi dengan 2 macam kancing warna
yang berbeda. Dimana :
Kantong I Hitam = A =
50 buah
Putih = a =
50 buah
Kantong II Merah = B =
50 buah
Hijau = b =
50 buah
2. Kantong
plastik dikocok hingga homogen, lalu dari masing masing kantong plastik diambil
2 biji kancing sekaligus, hasilnya dicatat.
3. Kancing
baju yang baru diambil kemudian dikembalikan dan kemudian kantong plastik
dikocok lagi hingga homogen.
4. Pengambilan
dilakukan sebanyak 100 kali.
5. Menghitung
hasil pengamatan dan memasukkannya ke dalam tabel yang tersedia.
6. Menganalisa
dengan X2 ( chi – square methods ).
E.
HASIL
PENGAMATAN
A. Monohibrid
( 1 : 2 : 1 )
Dominan : Hitam
Resesif : Putih
Genotipe
|
O
|
E
|
(
O – E )2
|
O – E
2
E
|
X2
|
HH
|
48
|
50
|
4
|
0,08
|
0,08
|
Hh
|
27
|
25
|
4
|
0,16
|
0,16
|
hh
|
25
|
25
|
0
|
0
|
0
|
Total
|
100
|
|
0,24
|
B. Dihibrid
( 9 : 3 : 3 : 1 )
Dominan :
Hitam, Merah
Resesif :
Putih, Hijau
Genotipe
|
O
|
E
|
(
O – E )2
|
O – E
2
E
|
X2
|
|
A_B_
|
51
|
56,25
|
27,56
|
0,48
|
0,48
|
|
A_bb
|
24
|
18,75
|
27,56
|
1,46
|
1,46
|
|
aaB_
|
16
|
18,75
|
7,56
|
0,40
|
0,40
|
|
aabb
|
9
|
6,25
|
7,56
|
1,20
|
1,20
|
|
Total
|
100
|
|
3,54
|
|||
C. Penyimpangan
– penyimpangan dihibrid
Dominan :
Hitam, Merah
Resesif :
Putih, Hijau
-
Epistasis Resesif ( 9 : 3 : 4 )
Genotipe
|
O
|
E
|
(
O – E ) 2
|
O – E
2
E
|
X2
|
A_B_
|
56
|
56,25
|
0,06
|
0,001
|
0,001
|
A_bb
|
24
|
18,75
|
27,56
|
1,469
|
1,469
|
aaB_
& aabb
|
20
|
25
|
25
|
1
|
1
|
Total
|
100
|
|
2,47
|
-
Epistasis Resesif Ganda ( 9 : 7 )
Genotipe
|
O
|
E
|
(
O – E ) 2
|
O – E
2
E
|
X2
|
A_B_
& A_bb
|
53
|
56,25
|
10,56
|
0,18
|
0,18
|
aaB_
& aabb
|
47
|
43,75
|
10,56
|
0,24
|
0,24
|
|
|
||||
Total
|
100
|
|
0,42
|
-
Epistasis Dominan Ganda ( 15 : 1 )
Genotipe
|
O
|
E
|
(
O – E ) 2
|
O – E
2
E
|
X2
|
A_B_
& A_bb
|
99
|
93,75
|
27,56
|
0,29
|
0,29
|
aaB_
& aabb
|
1
|
6,25
|
27,56
|
4,40
|
4,40
|
|
|
||||
Total
|
100
|
|
4,69
|
-
Epistasis Dominan Resesif ( 13 : 3 )
Genotipe
|
O
|
E
|
(
O – E ) 2
|
O – E
2
E
|
X2
|
A_B_
& A_bb
|
84
|
81,25
|
7,56
|
0,09
|
0,09
|
aaB_
& aabb
|
16
|
18,75
|
7,56
|
0,40
|
0,40
|
|
|
||||
Total
|
100
|
|
0,49
|
-
Epistasis Dominan ( 12 : 3 : 1 )
Genotipe
|
O
|
E
|
(
O – E ) 2
|
O – E
2
E
|
X2
|
A_B_
& A_bb
|
71
|
75
|
16
|
0,21
|
0,21
|
A_bb
|
17
|
18,75
|
3,06
|
0,16
|
0,16
|
aabb
|
12
|
6,25
|
33,06
|
5,28
|
5,28
|
Total
|
100
|
|
|
5,65
|
F.
PEMBAHASAN
Tiap sifat dari makhluk
hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan yang dikenal dengan gen.
Sepasang gen ini, satu berasal dari induk jantan dan yang lain dari induk
betina. Gen yang sepasang ini disebut satu alel. Gen yang sealel akan memisah
satu dengan lainnya pada waktu gametogenesis. Peristiwa pemisahan ini disebut
dengan hukum segregasi secara bebas.
Persilangan monohibrida
adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda
beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat Drosophila dengan maksud untuk
membuktikan Hukum Mendel I. Pada kasus dominant penuh, keturunan yang didapat
pada F2 akan menunjukkan perbandingan fenotip dominan dan resesif 3
: 1 atau perbandingan genotip 1 : 2 : 1. Analisa dengan uji X2 hanya
dilakukan untuk perbandingan fenotipnya. Persilangan ini bersifat resiprokal,
artinya penggunaan individu jantan dan betina dengan satu tanda beda tertentu
dapat sesuka hati tanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2).
Pada
percobaan persilangan monohibrid ini menggunakan kancing berwarna hitam dan
putih, dimana kancing berwarna hitam sebagai gen dominan yang dilambangkan
dengan H dan kancing berwarna putih sebagai gen resesif yang dilambangkan
dengan h. Berdasarkan hasil dari kelompok kami, genotip HH berjumlah 48,
genotip Hh berjumlah 27, dan genotip hh berjumlah 25. Setelah dihitung
menggunakan metode chi-square didapatkan hasil dengan nilai 0,24. Hasil
tersebut dapat diterima kerena x2 hitung < x2 tabel
yang bernilai 3.84.
Pada
percobaan persilangan dihibrid ini menggunakan kancing berwarna hitam
dilambangkan dengan A, kancing berwarna merah dilambangkan dengan B, kancing
berwarna putih dilambangkan dengan a, dan kancing berwarna hijau dilambangkan
dengan b. Pada percobaan ini kancing berwara hitam merah sebagai gen dominan
dan kancing berwarna putih hijau sebagai gen resesif. Berdasarkan hasil dari
kelompok kami, genotip AABB berjumlah 51, genotip AAbb berjumlah 24, genotip
aaBB berjumlah16, dan genotip aabb berjumlah 9. Setelah dihitung dengan metode
chi-square didapatkan hasil dengan nilai 3,54. Hasil tersebut dapat diterima
karena x2 hitung < x2 tabel yang bernilai 7,82.
Pada
persilangan dihibrid terjadi beberapa kasus penyimpangan dari hukum mendel.
Pada praktikum ini membahas 5 kasus penyimpanan yang terjadi, yaitu :
1. Epistasi
Dominan
Epistasi
dominan dapat terjadi jika dua pasang gen dominan mengatur sifat yang sama
namun dapat mengahsilkan fenotip tertentu. Pada epistasi dominan ini, nisbah
fenotip pada F2 yaitu 12 : 3 : 1. Berdasarkan hasil dari kelompok
kami, genotip AABB dan AAbb berjumlah 71, genotip aaBB berjumlah 17, dan
genotip aabb berjumlah 12. Setelah dihitung dengan metode chi-square didapatkan
hasil dengan nilai 5,65. Hasil tersebut dapat diterima karena x2
hitung < x2 tabel yang bernilai 7,82.
2. Epistasi
Resesif
Epistasi
resesif dapat terjadi apabila gen resesif menekan penampilan alel pada lokus
lain. Pada epistasi resesif ini, nisbah fenoti F2 yaitu 9 : 3 : 4.
Berdasarkan hasil dari kelompok kami, genotip AABB berjumlah 56, genotip AAbb
berumlah 24, genotip aaBB dan aabb berjumlah 20. Setelah dihitung dengan metode
chi-square didapatkan hasil dengan nilai 2,47. Hasil tersebut dapat diterima
karena x2 hitung < x2 tabel yang bernilai 7,82.
3. Epistasi
Dominan Resesif
Epistasi
dominan resesif ini dapat terjadi apabila satugen dominan pada satu lokus dan
homozygot resesif pada lokus yang lain bersifat epsitatik. Pada epistasi
dominan resesif ini, nisbah fenotip F2 yaitu 13 : 3. Berdasarkan hasil dari kelompok kami, genotip
AABB dan aaBB berjumlah 84, genotip aabb dan AAbb berjumlah 16. Setelah
dihitung dengan metode chi-square didapatkan hasil dengan nilai 0,49. Hasil
tersebut dapat diterima karena x2 hitung < x2 tabel
yang bernilai 7,82.
4. Dominan
Rangkap
Epistasi
dominan rangkap ini dapat terjadi apabila dua alel memiliki peran yang sama
dalam mengatur satu sifat. Pada epistasi dominan rangkap ini, nisbah fenotip F2
yaitu 15 : 1. Berdasarkan hasil dari kelompok kami, genotip AABB dan AAbb berjumlah 99, pada genotip aaBB dan aabb
berjumlah 1. Setelah dihitung dengan metode chi-square didapatkan hasil dengan
nilai 4,69. Hasil tersebut dapat diterima karena x2 hitung < x2
tabel yang bernilai 7,82.
5. Resesif
Rangkap
Epistasi
resesif rangkap dapat terjadi apabila fenotip yang sama dihasilkan oleh kedua
genotip homozygot resesif. Pada epistasi resesif rangkap ini, nisbah fenotip F2
yaitu 9 : 7. Berdasarkan hasil dari kelompok kami, pada genotip AABB dan AAbb
berjumlah 53, pada genotip aaBB dan aabb berjumlah 47. Setelah dihitung dengan
metode chi-square didapatkan hasil dengan nilai 0,42. Hasil tersebut dapat
diterima karena x2 hitung < x2 tabel yang bernilai
7,82.
G.
KESIMPULAN
1. Gen
adalah bahan genetikyang terkait dengan sifat tertentu.
2. Bentuk-bentuk
alternatif pada gen dinamakan alel.
3. Hukum segregasi yaitu sifat materai herediter (genetisnya) alel yang
bersegregasi satu dan yang lainnya akan nampak dalam bentuk gamet.
4. Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana
yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda.
5. Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua
individu dengan dua tanda beda.
6. Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2,
yaitu 1 : 2 : 1.
7. Persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2,
yaitu 9 : 3 : 3 : 1.
8.
Hukum mendel memiliki
syarat-syarat yaitu survival gamet sama, survival zygote sama dan survival
embrio sama.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Tjien, Kiaw. 1991. Genetika Dasar Jurusan Biologi.
Bandung: ITB.
·
Halang, Bund dan Muhammad Zaini. 2012. Penuntun
Praktikum Genetika. Banjarmasin : Jurusan
PMIPA FKIP UNLAM.
·
Wildan, Yatim. 1986. Genetika. Bandung : Tarsitu
I.
LAMPIRAN
Terlampir.
0 komentar:
Posting Komentar