laporan praktikum genetika tanaman perkecambahan pollen
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN
PERSILANGAN BUATAN
Disusun
Oleh :
Dini
Nur Amania
1604020035
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017
Sabtu,
13 Mei 2017
PERKECAMBAHAN POLLEN
A.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui prosedur perkecambahan pollen secara in vitro.
2. Untuk
mengetahui viabilitas serbuk sari pada
bunga pukul delapan.
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan pollen.
4. Untuk
mengetahui medium-medium yang digunakan dalam perkecambahan in vitro.
B.
DASAR
TEORI
Penyerbukan
(pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik. Sedangkan
pembuahan (fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet betina
yang kemudian melebur menjadi zigot. Setelah terjadi penyerbukan, butir tepung
sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan menghasilkan empat mikrospora
yang haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami pembelahan menghasilkan dua
inti haploid. Proses pertumbuhan buluh sari (pollen tube), satu dari dua inti
tersebut membelah secara mitosis menghasilkan inti generatif I dan inti
generatif II. Satu inti lain tidak membelah, tetapi tumbuh menjadi inti buluh
(tube nucleus) yang mengantarkan kedua inti generatif I dan II menuju mikrofil
untuk pembuahan.
Serbuk
sari (pollen grain) adalah sebuah sel hidup yang berisi sel kelamin jantan pada
bunga (mempunyai protoplasma) yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding serbuk
sari terdiri atas dua lapisan yaitu di bagian luar yang tebal dan keras disebut
lapisan eksin dan sebelah dalam tipis seperti selaput disebut intin. Pada
permukaan eksin terdapat celah atau pori yang disebut apertura yang dapat
digunakan oleh serbuk sari untuk jalan keluarnya buluh serbuk sari.
Serbuk sari akan berkecambah pada
permukaan kepala putik dan membentuk suatu tabung sari. Tabung sari ini akan
tumbuh melalui jaringan tangkai putik menuju ke bakal biji. Di dalam kantong
embrio akan terjadi pembuahan ganda yaitu satu gamet jantan dari tabung sari
akan bergabung dengan sel telur membentuk embrio danyang satunya bergabung
dengan inti kutub membentuk endosperm.
Serbuk sari merupakan struktur yang digunakan untuk mengangkut gamet
jantan ke gamet betina dari bunga.
Mempertahankan kapasitas perkecambahan serbuk sari yang
tersimpan dapat berguna dalam menghemat waktu dalam
program hibridisasi dan juga dalam perbaikan tanaman. Suhu dan
kelembaban merupakan faktor utama dalam mempengaruhi
perilaku serbuk sari. Kedua faktor lingkungan tersebut apabila terdapat
pada kondisi yang optimum akan mengakibatakan kenaikan viabilitas polen.
Kepala putik yang telah masak
biasanya mengeluarkan lendir yang mengandung gula dan zat-zat lain yang
diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari. Bilamana serbuk sari jatuh di atas
kepala putik, maka dalam keadaan normal akan menyerap cairan yang dihasilkan
oleh kepala putik, kemudian akan menggembung dan berkecambah. Untuk
perkecambahan serbuk sari umumnya diperlukan suhu berkisar antara 150C
sampai 350C. Pada suhu yang lebih tinggi akan terjadi penguapan
sehingga banyak serbuk sari yang kering. Pada suhu 400C sampai 500C
banyak serbuk sari mati. Sebaliknya pada suhu yang terlalu rendah misalnya di
bawah 100C, tidak ada serbuk sari yang dapat berkecambah. Pada
umumnya suhu optimum yang diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari berkisar
pada 250C.
Pemanjangan tabung pollen adalah
tetap untuk setiap spesies. Ketika butir pollen siap dipencarkan, pollen ini
dalam keadaan dormansi dengan kadar air antara 10-15% hampir mirip dengan biji.
Pada Gramineae mempunyai umur pollen yang relatif pendek, misalnya pollen
Paspalpum akan kehilangan viabilitasnya setelah 30 menit. Kebanyakan pada
tanaman berbunga pollen akan mengalami penurunan secara drastis setelah 12 jam
mengalami dehiscence. Namun viabilitas pollen dapat diperpanjang dalam keadaan
artifisial yaitu bila disimpan pada temperatur dan kelembaban yang
rendah.
Serbuk sari yang baik
diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa (hampir mekar). Pada saat itu
ruang sari belum pecah dan berisi penuh dengan serbuk sari dengan daya tumbuh
yang tinggi. Serbuk sari makin lama berada di alam bebas makin berkurang daya
pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat tumbuh sama sekali. Kemampuan ini
disebut dengan viabilitas serbuk sari.
Sebutir polen (pollen grain)
adalah sebuah sel yang hidup dan mempunyai inti (nucleus) serta
protoplasma, yang terbungkus oleh dinding sel. Dinding sel itu terdiri atas dua
lapis, yaitu lapisan dalam (intine) yang tipis serta lunak seperti
selaput dan lapisan luar (axine) yang tebal dan keras untuk melindungi
seluruh isi butir polen.
Penyimpanan pollen diperlukan jika
tanaman yang akan disilangkan memiliki waktu masak yang berbeda, sehingga
pollen perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk memastikan kesegarannya
sebelum digunakan untuk menyerbuki kepala putik. Penyimpanan pollen juga
diperlukan jika tanaman yang akan disilangkan memiliki lokasi berjauhan.
Mengkoleksi butiran pollen pada kondisi viable merupakan persyaratan utama
untuk menjamin kesegaran polen dalam jangka waktu yang cukup panjang. Polen
yang dikoleksi pada masa awal berbunga, pertengahan masa berbunga atau akhir
masa berbunga, akan memiliki variasi lamanya polen dapat disimpan. Polen yang
dikoleksi pada pagi, siang atau sore juga berespon berbeda terhadap lama
penyimpanan. Umumnya, polen yang diambil segera setelah bunga mekar akan
memiliki daya simpan terbaik (Shivanna and Rangaswamy, 1992). Penyimpanan
serbuk sari adalah teknik penting untuk program pelestarian plasma nutfah dan
pemuliaan. Selama periode penyimpanan, factor-faktor seperti suhu dan
kelembaban berpengaruh pada panjang umur serbuk sari.
Serbuk
sari dinyatakan viable apabila mampu menunjukkan kemampun atau fungsinya
menghantarkan sperma ke kandung lembaga, setelah terjadinya penyerbukan. Serbuk
sari dapat kehilangan viabilitasnya pada suatu periode waktu tertentu.
Hilangnyaa viabilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama suhu
dan kelembaban relative. Serbuk sari segar menunjukkan kemampuan berkecambah
85-90%.
Viabilitas
serbuk sari dapat diketahui dengan menumbuhkannya secara in vitro dengan
menggunakan medium buatan. Medium yang digunakan ada 2 macam, yaitu medium A
yang terdiri atas 0,5% sukrosa, 20% agar dan 0,001% H3BO3 atau
medium B yang terdiri atas 30 g/l sukrosa, 300 mg/l Ca(NO3)2.4H2O,
200 mg/l MgSO4.7H2O, 10 mg/l KNO3 dan 100 g/l H3BO3.
Namun medium yang paling banyak digunakan adalah medium A karena mudah dalam
pembuatan dan biaya yang dikeluarkan tidak begitu banyak. Penambahan pada
medium dapat mempercepat perkecambahan dan pertumbuhan buluh serbuk sari.
Pembuatan media tumbuh serbuk sari ini pada prinsipnya disamakan dengan
lingkungan dimana serbuk sari itu tersimpan pada kantong yang ada pada bunga
(lingkungan disamakan dengan lingkungan aslinya).
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat
-
Mikroskop.
-
Gelas objek.
-
Gelas penutup.
-
Tusuk gigi.
-
Pipet tetes.
-
Beaker glass.
Bahan
-
Bunga pukul delapan.
-
Larutan sukrosa 0%.
-
Larutan sukrosa 10%.
-
Larutan sukrosa 20%.
-
Larutan sukrosa 30%.
D.
CARA
KERJA
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Meneteskan
larutan sukrosa 0 % ke meja benda.
3. Mengambil
serbuk sari dari kepala sari dengan menggunakan tusuk gigi.
4. Meletakkan
serbuk sari ke meja benda yang telah berisi larutan sukrosa.
5. Mendiamkan
serbuk sari selama 30 menit.
6. Mengamati
serbuk sari di bawah mikroskop ada tidaknya perkecambahan pada serbuk sari.
7. Memfoto
dan menggambar hasil yang didapat dari pengamatan yang telah dilakukan.
8. Untuk
cara kerja dari kelompok lain sama dengan cara kerja diatas tetapi hanya
berbeda dari konsentrasi larutan yang digunakan ( 10%, 20%, 30% ).
E.
HASIL
PENGAMATAN
No
|
Kelompok (Perlakuan)
|
Hasil pengamatan
|
1
|
Kelompok
1 (sukrosa 0 %)
|
Berhasil
(tumbuh buluh sari)
|
2
|
Kelompok
2 (sukrosa 10 %)
|
Tidak
berhasil (tidak tumbuh buluh sari)
|
3
|
Kelompok
3 (sukrosa 20 %)
|
Tidak
berhasil (tidak tumbuh buluh sari)
|
4
|
Kelompok
4 (sukrosa 20 %)
|
Tidak
berhasil (tidak tumbuh buluh sari)
|
5
|
Kelompok
5 (sukrosa 30 %)
|
Tidak
berhasil (tidak tumbuh buluh sari)
|
6
|
Kelompok
6 (sukrosa 30 %)
|
Tidak
berhasil (tidak tumbuh buluh sari)
|
F.
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini membahas tentang perkecambahan pollen. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui perkecambahan pada serbuk sari. Padapraktikum ini
digunakan bunga pukul delapan sebagai sampelnya. Digunakannya bunga pukul
delapan karena bunga pukul delapan memiliki serbuk sari yang banyak dan pada
bunga pukul delapan mengandung zat seperti terpenoid, flavonoid, steroid,
benzenoid, alkaloid, dan lipid. Bunga pukul delapan (Turnera subulata)
termasuk salah satu anggota tumbuhan berbunga. Bunga ini termasuk ke dalam suku
Turneraceae. Turnera subulata
merupakan jenis tanaman yang mirip dengan Turnera ulmifolia, tetapi
keduanya biasa disebut dengan bunga pukul delapan. Hanya saja Turnera
subulata mempunyai bunga berwarna putih dan mempunyai ukuran daun yang
lebih kecil dibandingkan dengan daun dari Turnera ulmifolia.
Tumbuhan
herba ini berukuran 60-90 cm dan memiliki akar dengan panjang 0,3-0,8 m. Daun
berwarna hijau dengan panjang 2-7 cm dan lebar 1-4 cm. Berdaun tunggal, daunnya
berbentuk elips dengan ujung meruncing dan tepi daun bergerigi kasar. Tulang
daun menyirip dan mempunyai kelenjar kuncup.
Penyerbukan
(pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik. Sedangkan
pembuahan (fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet betina
yang kemudian melebur menjadi zigot. Setelah terjadi penyerbukan, butir tepung
sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan menghasilkan empat mikrospora
yang haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami pembelahan menghasilkan dua
inti haploid. Proses pertumbuhan buluh sari (pollen tube), satu dari dua inti
tersebut membelah secara mitosis menghasilkan inti generatif I dan inti
generatif II.
Serbuk
sari akan berkecambah pada permukaan kepala putik dan membentuk suatu tabung
sari. Tabung sari ini akan tumbuh melalui jaringan tangkai putik menuju ke
bakal biji. Di dalam kantong embrio akan terjadi pembuahan ganda yaitu satu
gamet jantan dari tabung sari akan bergabung dengan sel telur membentuk embrio
dan yang satunya bergabung dengan inti kutub membentuk endosperma.
Praktikum
ini dilakukan dengan cara mengambil serbuk sari kemudian ditetesi larutan
sukrosa dengan konsentrasi tertentu kemudian tunggu selama 30 menit, setelah 30
menit dapat diamati menggunakan mikroskop. Pada kelompok kami menggunakan
larutan sukrosa dengan konsentrasi 10%. Dan hasil dari praktikum ini, semua
percobaan tidak berhasil atau tidak tumbuh buluh sari kecuali pada kelompok
satu. Berhasil tidaknya pada proses perkecambahan ini dikarenakan faktor dari
serbuk sari itu sendiri. Berhasilnya pada perkecambahan ini dikarenakan serbuk
sari yang digunakan dalam keadaan baik dan cukup dewasa. Dan kegagalan pada
perkecambahan ini dapat terjadi karena serbuk sari terlalu lama berada di alam
bebas, sehingga serbuk sari semakin berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu
saat tidak dapat tumbuh sama sekali. Kemampuan ini disebut dengan viabilitas
serbuk sari. Kondisi serbuk sari yang terlalu dewasa juga menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan kegagalan pada proses perkecambahan ini.
G.
KESIMPULAN
1. Penyerbukan
(pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik.
2. Pembuahan
(fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet betina yang
kemudian melebur menjadi zigot.
3. Serbuk
sari (pollen grain) adalah sebuah sel hidup yang berisi sel kelamin jantan pada
bunga (mempunyai protoplasma) yang terbungkus oleh dinding sel.
4. Serbuk
sari akan berkecambah pada permukaan kepala putik dan membentuk suatu tabung
sari.
5. Viabilitas
serbuk sari yaitu keadaan serbuk sari yang terlalu lama berada di alam bebas, sehingga
serbuk sari semakin berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat
tumbuh sama sekali.
6. Hilangnyaa
viabilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama suhu dan
kelembaban relative.
7. Serbuk sari
dinyatakan viable apabila mampu menunjukkan kemampun atau fungsinya
menghantarkan sperma ke kandung lembaga, setelah terjadinya penyerbukan.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Darjanto, dan Satifah, S. 1982. Biologi bunga dan teknik penyerbukan silang
buatan. Jakarta : PT Gramedia.
-
Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih. Jakarta : Raja Grafindo Persada
-
Mangoendidjojo, W. Dasar-dasar
Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta : Kanisius
I.
LAMPIRAN
Terlampir.
0 komentar:
Posting Komentar